Efektifkah eSIM Komdigi Atasi Penipuan Digital? Pakar Bongkar Realitanya

Di tengah gencarnya transformasi digital, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Komdigi) mendorong adopsi eSIM (embedded SIM) untuk menggantikan SIM fisik demi menciptakan ruang digital yang lebih aman dari penipuan dan judi online.

Efektifkah eSIM Komdigi Atasi Penipuan Digital? Pakar Bongkar Realitanya

Namun, pakar siber Alfons Tanujaya menilai langkah ini terlalu menyederhanakan masalah. Benarkah eSIM solusi nyata, atau sekadar kosmetik digital belaka? Di bawah ini Lapor Situs BO Penipu akan membahas efektivitas langkah tersebut dan pandangan para pakar siber terhadap realitasnya.

Akar Masalahnya Bukan SIM, Tapi Prosedur yang Longgar

Menurut Alfons, masalah mendasar dari maraknya penipuan digital bukanlah terletak pada bentuk atau jenis kartu SIM yang digunakan. Baik SIM fisik, eSIM, bahkan teknologi lebih canggih seperti iSIM yang langsung tertanam dalam chip ponsel, semuanya akan tetap bisa disalahgunakan jika prosedur pendaftarannya masih longgar dan tidak disiplin.

“Persoalannya bukan pada teknologinya, tapi pada bagaimana teknologi itu diimplementasikan” tegas Alfons. Ia menambahkan, selama prosedur pendaftaran pelanggan seluler tidak ketat dan mudah dimanipulasi, maka kehadiran eSIM pun tidak akan membawa dampak signifikan.

Saat ini, proses registrasi kartu SIM di Indonesia masih kerap dijumpai dengan penyalahgunaan data kependudukan, seperti penggunaan KTP dan KK milik orang lain, bahkan data palsu. Penjahat digital tetap bisa mendapatkan akses seluler dengan mudah, lalu memanfaatkannya untuk menjalankan berbagai modus kejahatan.

Baca Juga:

Penetrasi Perangkat eSIM Masih Minim

eSIM Komdigi

Masalah lain yang tak kalah penting adalah minimnya penetrasi perangkat yang mendukung eSIM di pasar Indonesia. Teknologi eSIM memang menawarkan banyak kemudahan dan keamanan dari sisi pengguna. Seperti tidak perlu lagi menukar kartu fisik saat berganti operator. Namun, fitur ini saat ini masih terbatas pada ponsel kelas atas, yang secara ekonomi tidak mudah dijangkau mayoritas masyarakat.

“Jumlah perangkat yang mendukung eSIM di Indonesia masih sangat terbatas, diperkirakan baru sekitar 15 jenis ponsel, dan itu pun mayoritas adalah perangkat high-end” ungkap Alfons. Padahal, menurutnya, ponsel yang paling banyak digunakan untuk aktivitas penipuan dan kejahatan digital justru berasal dari segmen low-end dan mid-range yang belum mendukung eSIM sama sekali.

Artinya, sekalipun teknologi ini mulai diterapkan secara luas, dampaknya terhadap pengurangan kejahatan digital akan sangat kecil. Pelaku kejahatan tetap akan menggunakan perangkat yang tidak mendukung eSIM, dan celah hukum serta prosedural tetap terbuka lebar.

Antara Solusi dan Ilusi

Langkah Komdigi menggaungkan eSIM sebagai bagian dari upaya pemberantasan penipuan digital tentu patut diapresiasi sebagai bentuk kesadaran terhadap perkembangan teknologi. Namun, penting untuk dicatat bahwa eSIM hanyalah salah satu dari sekian banyak instrumen dalam tata kelola keamanan digital bukan solusi tunggal atau final.

Kebijakan berbasis teknologi harus selalu dibarengi dengan pembenahan ekosistemnya, termasuk regulasi, pengawasan, serta penegakan hukum yang tegas. Prosedur registrasi nomor seluler harus dibenahi agar tidak mudah diretas atau dimanipulasi. Verifikasi identitas harus dilakukan secara ketat dan akurat, bahkan bila perlu, melibatkan sistem biometrik dan teknologi AI untuk mendeteksi kejanggalan secara otomatis.

Tanpa langkah-langkah menyeluruh, teknologi secanggih apa pun hanya akan menjadi ilusi. Alfons mengingatkan agar pemerintah tidak terjebak dalam euforia teknologi dan melupakan realitas di lapangan yang jauh lebih kompleks.

Kesimpulan

Pemerintah memang memiliki niat baik untuk memanfaatkan eSIM demi keamanan digital nasional. Namun, seperti yang dijelaskan oleh pakar keamanan siber, efektivitas langkah ini sangat ditentukan oleh cara implementasinya. Jika prosedur pendaftaran pengguna masih longgar dan penetrasi perangkat eSIM masih rendah.

Maka harapan bahwa teknologi ini akan secara instan menghentikan penipuan online jelas terlalu berlebihan. Langkah ke depan seharusnya fokus pada reformasi prosedur registrasi pelanggan seluler, edukasi masyarakat soal keamanan digital, serta penerapan sistem pengawasan yang berbasis teknologi mutakhir.

Tanpa hal-hal tersebut, eSIM akan tetap menjadi solusi di atas kertas, namun nihil di lapangan. Simak dan ikuti terus Lapor Situs BO agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang terupdate setiap hari.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari www.liputan6.com
  2. Gambar Kedua dari gardapublik.id
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca Juga: Efektifkah eSIM Komdigi Atasi Penipuan Digital? Pakar Bongkar Realitanya […]

1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x