Waspada Penipuan Google! Modus Baru Bisa Menguras Rekening Anda

Waspada penipuan Google dengan modus terbaru yang menargetkan pengguna layanan perbankan dan digital, pelaku memanfaatkan Google.

Waspada Penipuan Google! Modus Baru Bisa Menguras Rekening Anda

Korban agar memasukkan data sensitif seperti nomor rekening, PIN, atau OTP. Situs palsu ini dirancang menyerupai laman resmi bank atau perusahaan jasa, membuat pengguna lengah. Kominfo dan bank-bank besar mengingatkan masyarakat untuk selalu memverifikasi URL, menggunakan saluran resmi.

Simak informasi lainya yang lagi menggemparkan masyarakat tentang penipuan onlien hanya ada di Lapor Situs BO Penipu.

Trik Penipuan Terbaru di Google Bisa Menguras Rekening

Masyarakat Indonesia diminta waspada terhadap modus penipuan digital terbaru yang kini menyusup lewat hasil pencarian Google. Para pelaku memanfaatkan celah algoritma mesin pencari untuk menempatkan situs palsu di posisi teratas, meniru laman resmi bank, perusahaan ekspedisi, hingga penyedia layanan pembayaran digital.

Fenomena ini semakin marak selama beberapa bulan terakhir, terutama di tengah meningkatnya aktivitas belanja daring dan transaksi perbankan digital menjelang akhir tahun. Banyak pengguna yang mencari nomor layanan pelanggan bank atau perusahaan tertentu lewat Google, tanpa menyadari bahwa sebagian besar hasil.

Pelaku biasanya menyediakan formulir atau tombol bantuan cepat, seolah-olah itu layanan resmi. Begitu pengguna memasukkan data sensitif seperti nomor rekening, PIN, atau One Time Password (OTP), data tersebut langsung disadap dan digunakan untuk mengakses akun korban.

Modus Penipuan Baru Google Ads dan Link Tipuan

Pakar keamanan siber menjelaskan bahwa modus penipuan ini berkembang karena pelaku kini memanfaatkan layanan iklan digital seperti Google Ads. Dengan cara itu, mereka dapat membeli posisi teratas hasil pencarian menggunakan kata kunci populer seperti call center BRI, hubungi Shopee Express, atau layanan pelanggan BCA.

Situs tersebut seringkali menggunakan domain menyerupai alamat resmi-misalnya menambahkan satu huruf atau simbol agar terlihat mirip, seperti bri-helpid.com atau shopee-kirim.id. Korban awam yang tidak teliti mudah terkecoh karena tampilan halaman didesain profesional dengan logo, ikon, dan warna perusahaan yang identik.

Ketika pengguna mengisi data pribadi atau menghubungi nomor palsu itu, pelaku mulai mengarahkan korban agar menyerahkan informasi penting. Misalnya, mereka meminta kode OTP dengan alasan verifikasi sistem atau pembatalan transaksi palsu. Begitu kode itu diberikan, rekening korban bisa dikosongkan dalam hitungan menit.

Baca Juga: Cara Cepat Melaporkan Nomor Telepon Penipu Secara Online

Respons Otoritas dan Peringatan Dari Pakar

Respons Otoritas dan Peringatan Dari Pakar

Menanggapi maraknya kasus ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama pihak perbankan telah meningkatkan kerja sama dalam mendeteksi dan menutup situs-situs palsu tersebut. Kominfo mengaku setiap minggu menerima laporan penipuan siber dengan pola serupa yang menyasar pengguna Google dan media sosial.

Bank-bank besar di Indonesia juga mengingatkan nasabah untuk tidak pernah mencari kontak resmi melalui mesin pencari. Pihak bank menegaskan bahwa satu-satunya saluran resmi adalah melalui situs dan aplikasi yang sudah terverifikasi dengan tanda gembok (SSL) di bilah alamat, atau melalui hotline di nomor tetap resmi.

Pakar keamanan digital, Pratama Persadha, menilai modus ini menunjukkan semakin canggihnya kejahatan dunia maya di Indonesia. Menurutnya, masyarakat perlu memiliki literasi digital lebih baik agar tidak mudah percaya pada laman atau iklan online.

Cara Melindungi Diri dari Penipuan Digital

Di tengah gencarnya serangan siber ini, masyarakat disarankan untuk selalu berhati-hati sebelum mengakses situs atau mengisi data online. Langkah sederhana seperti memeriksa URL situs, memastikan adanya ikon gembok, dan tidak mengklik tautan mencurigakan dari iklan bisa mencegah kerugian besar.

Pengguna juga diimbau mengaktifkan fitur keamanan tambahan seperti autentikasi dua langkah (2FA) di rekening digital dan layanan perbankan. Setiap aktivitas mencurigakan atau pesan aneh yang mengatasnamakan bank sebaiknya langsung dilaporkan ke call center resmi.

Kasus ini membuktikan bahwa kejahatan digital tidak lagi terbatas pada peretasan teknis, tetapi juga memanfaatkan psikologis korban melalui teknik manipulasi dan kepercayaan. Edukasi publik serta kerja sama antara pemerintah, perbankan, dan perusahaan teknologi menjadi kunci.

Simak dan luangkan waktu anda untuk membaca agar tidak ada kejadian yang sama tentang penipuan onlien hanya ada di Lapor Situs BO Penipu.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Utama dari cnbcindonesia.com
  2. Gambar Kedua dari cnbcindonesia.com